Sunday 26 May 2013

PYGMALION & GALATEA


Seorang pemahat muda berbakat dari Cyprus, bernama Pygmalion, adalah pemuda yang tidak pernah berurusan dengan wanita. Ia memutuskan tidak menikah. Kesenian, menurutnya, sudah cukup bagi dirinya sendiri. 
Namun, ia adalah pemuda yang baik hati. Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, 'Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini.' Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga, teman Pygmalion berbisik, 'Kikir sekali orang itu.' Tetapi Pygmalion berkata, 'Mungkin orang itu harus mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu'. Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia bahkan merasa iba, 'Kasihan, anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya.' 
Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain. 
Suatu hari, ia membuat patung seorang wanita. Ia tidak dapat membebaskan pikirannya dari wanita dan mengerjakan patungnya dengan sungguh-sungguh, hingga patung buatannya lebih cantik dari wanita manapun yang dilahirkan ke dunia.
Patung buatannya tidak terlihat seperti patung; siapapun yang melihat patung itu tak akan menganggap patung itu terbuat dari batu atau gading, namun mirip manusia, hanya saja tidak bergerak. Demikianlah patung yang dibuat Pygmalion dengan kesungguhan dan cita rasa seni yang tinggi.
Namun sejak itu dan seterusnya, cinta yang pernah ia kutuk membalas dendam terhadapnya. Pygmalion jatuh cinta pada patung buatannya. Setiap hari ia mencium bibir patung itu meski ciumannya tak terbalas; ia membelai lengan dan wajahnya meskipun patung itu hanya diam saja. Selama beberapa waktu sang pemahat mencoba berpura-pura, seperti yang dilakukan anak-anak kepada mainan. Ia memakaikan patung buatannya dengan jubah yang anggun dan membayangkan bahwa patung buatannya merasa puas. Ia juga membawa hadiah-hadiah sebagaimana biasa dibawa laki-laki untuk kekasihnya dan membayangkan bahwa ia merasa senang dengan hadiah-hadiah pemberian Pygmalion. Pygmalion membaringkan patungnya di tempat tidur pada malam hari, menyelimuti dengan selimut yang hangat dan lembut. Namun Pygmalion bukan anak kecil lagi; ia tidak bisa selamanya berpura-pura. Akhirnya ia menyerah. Ia mencintai sesuatu yang tidak hidup dan kini ia merasa putus asa. Pygmalion ingin patung buatannya hidup.
Keinginan itu akhirnya diketahui oleh Dewi Cinta, Venus (Aphrodite), dan Venus bermaksud membantu Pygmalion.
Hari penjamuan (feast day) untuk Venus sangat dihormati di Cyprus, pulau yang menerima kehadirannya setelah ia dilahirkan dari buih laut. Beberapa anak sapi yang putih seputih salju yang tanduknya telah disepuh emas dipersembahkan untuknya; bau busuk yang menyenangkan dari dupa menyebar di setiap penjuru pulau dari altar-altarnya; orang-orang berkumpul di kuilnya; Pygmalion juga ada di sana. Ia memohon kepada Venus agar bertemu dengan wanita yang mirip dengan patungnya. Namun Venus mengetahui apa keinginan hati Pygmalion yang sesungguhnya dan sebagai tanda Venus akan mengabulkan permohonannya, nyala api yang berada di depan tempat duduknya menyembur tiga kali ke udara.
Pertanda yang baik kemudian mencari rumah Pygmalion dan patung yang ia cintai sepenuh hati. Patung itu terlihat sangat cantik dan sedang berdiri di atas tumpuannya. Pygmalion memeluknya, kemudian mencium bibirnya dengan kelembutan, dan ia merasakan bibir patung buatannya melembut. Pygmalion menyentuh tangannya, bahunya; dan semuanya melembut seolah-olah ia sedang menyentuh wanita sungguhan. Seperti melihat lilin meleleh di bawah sinar matahari. Ia memegang pergelangan tangannya dan merasakan urat nadinya berdenyut. Ia menganggap semua itu berkat Venus. Dan dengan penuh bahagia ia memeluk patung itu dan melihatnya tersenyum kepadanya.
Venus hadir dalam pernikahan mereka dan memberkati mereka. Apa yang terjadi selanjutnya tidak diketahui, kecuali Pygmalion memberi nama patung itu Galatea dan anak mereka, Paphos, memberikan namanya untuk kota kesukaan Venus.
(Edith Hamilton)






No comments:

Post a Comment