Wednesday 16 October 2013

1. #FridayTalk Selamat malam @ayaswords , sedang sibuk apa belakangan ini?
Selamat malam @grasindo_id, biasa, sedang hectic sama tugas kuliah plus nulis naskah selanjutnya aja :-)

2.      #FridayTalk Apa yang menginspirasi @ayaswords ketika dalam menulis #MASKS, kenapa dipilih judul itu?
Sebenarnya tokoh-tokoh dalam #MASKS ini nyata dan ada di dalam hidup saya. Mereka termasuk orang-orang yang dekat dengan saya, jadi, karakter dan cerita hidup merekalah yang saya jadikan inspirasi. Saya ini sebenarnya suka sekali dengan tipe-tipe cerita yang ‘ga biasa’, cenderung fantasi tapi juga mendekati realitas. Nah, tipe cerita ‘ga biasa’ itu saya gabungkan dengan karakter-karakter tokoh yang unik pula, jadilah sebuah cerita yang ‘spesial’ (menurut saya hehehe).
Kalau soal pemilihan judul, waktu itu saya sempat kesulitan. Naskah saya sudah jadi tapi belum ada judul hahaha. Tapi kemudian saya terpikir judul yang unik ini, kenapa judulnya bisa #MASKS? nanti juga pembaca tahu kalau sudah baca novelnya hehehe.

3.      #FridayTalk Apa yang menarik dari #MASKS menurut @ayaswords , bisa ceritakan sedikit kepada #sobatGRASINDO?
Yang menarik dari novel ini menurut saya tentu kisah cinta penuh komplikasi antara Shenia dan Stefhan, juga sedikit bumbu science-fictionnya. Novel ini secara praktis bercerita tentang gadis biasa bernama Shenia yang jatuh cinta pada pemuda sempurna seperti Stefhan, namun ternyata dibalik kesempurnaan itu banyak komplikasi bahkan bahaya yang nantinya akan membayangi kehidupan keduanya, juga orang-orang terdekat mereka. Namun istimewanya, kuatnya cinta Stefhan dan Shenia membuat keduanya rela mengambil resiko apa saja untuk tetap bersama, bahkan hampir mati karenanya. Saya ingin saja cerita cinta berbau ‘romeo&juliet’ seperti ini masih ada, apalagi settingnya kan di indonesia, keren aja kayaknya. Hehehe. 

4.     #FridayTalk @ayaswords  cerita ini merupakan perpaduan kisah romansa berbalut fantasi fiksi ilmiah? Bisa dijelaskan sedikit? 
Iya. Sekalian sedikit bocoran saja ya, jadi tokoh utama cewek disini, Shenia, jatuh cinta pada Stefhan yang notabene adalah seorang pemuda berkemampuan khusus. Kemampuan khusus ini dia dapatkan dari sebuah serum yang berisi kandungan zat yang bisa meningkatkan kapabilitas stem cell sehingga bisa membuat sifat-sifat ‘super’ dalam tubuh manusia. Sebenarnya percobaan rekayasa genetika seperti ini (The Human Genome Project) pernah ada dan diselenggarakan oleh negara-negara adikuasa dunia pd tahun 1990, hanya saja saat itu belum berhasil. Nah, di novel ini saya menghayalkan bagaimana seandainya jika program tersebut benar-benar berhasil namun dirahasiakan dari masyarakat global. Begitu.

5.      #FridayTalk @ayaswords Dlm cerita #MASKS ada tokoh Stefhan dan Shenia, karakter apa yang unik dari mereka?
Shenia itu sebenarnya gadis biasa, masih polos dan sedikit tertutup. Sebelumnya kehidupan dia biasa-biasa saja. Namun setelah bertemu dengan Stefhan, ia jadi tahu bagaimana rasanya menambatkan hati dan merasa ‘terikat’ dengan orang yang dia cintai. Hingga apapun kenyataan yang harus dia terima dan kejadian membahayakan yang harus ia alami, ia tetap ingin bersama-sama Stefhan.
Lalu Stefhan, pemuda dengan kemampuan khusus. Stefhan ini sebenarnya sudah pernah bertemu dengan Shenia di masa kecilnya, yang Shenia sendiri saja sudah tidak ingat. Tapi sejak bertemu lagi dengan Shenia, Stefhan tahu bahwa gadis dari masa kecilnya itu benar-benar takdirnya. Shenia adalah orang yang harus ia lindungi, harus ia kasihi. Itulah makanya Stefhan sampai rela mengikuti Shenia yg kembali lg ke Indonesia. Lalu akhirnya mereka dekat dan saling mencintai.

6.      #FridayTalk Menurut informasi yang kami dapatkan, benar @ayaswords merencanakan sekuel dari #MASKS?
Yup. Ceritanya sengaja saya buat sedikit ‘gantung’ pada buku satu, soalnya menurut saya, cerita #MASKS ini belum selesai dan masih banyak hal luar biasa yang harus saya ceritakan kepada pembaca. Entah jadinya 2 atau 3 buku, pokoknya saya harus buat sekuelnya. Hehehe. Yang sudah baca #MASKS sih memang pada nagih lanjutannya. Saat ini sedang dalam proses, doakan saja ya :-)

7.      #FridayTalk Dalam menyelesaikan #MASKS apakah @ayaswords menemukan kesulitan dalam pengerjaannya?
Kesulitannya hanya satu: malas menulis jika sudah buntu. Saya rasa itulah hambatan terbesar bagi sebagian besar penulis. Karena kesulitan itu, saya sampai harus menunda naskah ini sekitar 3 tahun. Tapi Alhamdulillah akhirnya selesai juga dan diterbitkan oleh @grasindo_id J

8.      #FridayTalk Boleh kita minta @ayaswords berbagi proses kreatifnya dlm menulis #MASKS kepada #sobatGRASINDO?
Kalau saya sih biasanya:
1.      Saat dapat ide, langsung tulis. Mau di kertas buku, kertas tisu, note handphone, pokoknya tulis. Karena ide datang seenaknya dan mudah terlupakan.
2.      Nulis itu ga harus tersusun. Kita tinggal tulis ide-ide kita, lalu kalau sudah banyak baru disusun dan disambung-sambungkan jadi sebuah plot cerita.
3.      Saat buntu atau ga ada ide, jangan dipaksakan. Pergilah ke tempat-tempat menyenangkan, atau nonton film-film seru, atau baca novel-novel bagus. Nanti juga inspirasi itu (dengan seenaknya) datang sendiri :-)

9.      #FridayTalk Apa pesan yang ingin @ayaswords sampaikan kepada para pembaca lewat #MASKS?
Klasik sih, tapi saya termasuk gadis polos yang percaya bahwa cinta dan jodoh sejati itu ada. Hahaha. Entah siapa dan kapan kita menemukannya, Tuhan sudah menyiapkan. Nanti, saat rasanya kita menemukan ‘dia’, jangan sia-siakan sedikitpun waktu, berusahalah ciptakan sebuah hubungan yang bahagia, “because true love is when you’ve seen the best and the worst of someone, and still you love them just the same way.”

10.   #FridayTalk Adakah novel baru yang sedang @ayaswords garap? Sudah sejauh mana prosesnya?
Yang sedang digarap sih ada 2, yang satu novel yang akan dikirimkan untuk #PSA2 dan satu lagi novel sekuel dari #MASKS yang sedikit2 sudah saya konsultasikan juga dengan editor saya di #MASKS. Dua-duanya masih dalam proses penulisan. Sekuel #MASKS rencananya akan saya lanjutkan desember nanti, sekarang mau konsen ke #PSA2 dulu. Lalu ada juga rencana untuk bikin novel duet genre thriller sama salah satu penulis grasindo jg, teh @tita_rosianti, walau baru sebatas rencana sih hehehehe. Doakan saja yaaaa J

Friday 28 June 2013

INFINITY NECKLACE (One of my favorites scene of MASK[s]!)



Dengan mudah aku membuka kotak berlapis beludru berwarna tosca itu, lalu meraih benda yang ada didalamnya.
“Angkat rambutmu,” perintahku. Ia menurut dan menggenggam rambutnya dalam satu ikatan tangan, lalu menyingkapkannya melewati bahu, menunggu.
Akhirnya, kalung itu terpasang di lehernya. Liontinnya berbentuk dua huruf ‘S’ dengan satunya dalam posisi terbalik yang bersilangan sehingga bentuknya mirip angka 8 yang mungil. Dua huruf ‘S’ itu adalah inisial nama kami, sedangkan angka 8 yang terbentuk dari keduanya melambangkan Infinity—cinta yang tak terbatas sepanjang masa.


Infinity Heart silver Tiffany & Co. by Mctdesigns. Illustration edited by: Aya Swords

Thursday 27 June 2013

INI DIA LINK-LINK LOMBA MENULIS 2013! Yuk, nulis yuk :-)

http://bentangpustaka.com/2013/06/lomba-cerpen-bareng-onyol/

http://blogdivapress.com/dvp/2013/06/17/lomba-cerpen-teen-horror-horor-teenlit/

http://nurhudayantisaleh.wordpress.com/2013/05/28/lomba-menulis-flashfiction-2013-dl-31-juli-2013/

http://ayaswords.tumblr.com/post/54007195626/lomba-menulis-keajaiban-dunia-bagiku-by-penerbit

Wednesday 26 June 2013

This :'-) WHITE HORSE - TAYLOR SWIFT

Say you're sorry, that face of an angel
(Kau) bilang kau menyesal, wajah malaikatmu itu
Comes out just when you need it to
Keluar hanya saat kau membutuhkannya
As I paced back and forth all this time
Saat aku ragu selama ini
Cause I honestly believed in you
Karena sejujurnya dulu aku percaya padamu
Holding on the days drag on
Berpegangan pada hari-hari lalu
Stupid girl, I should've known
Gadis bodoh, harusnya aku tahu
I should've known
Harusnya aku tahu

CHORUS

I'm not a princess, this ain't a fairytale
Aku bukanlah seorang putri, ini bukan dongeng
I'm not the one you'll sweep off her feet
Aku bukan seorang yang akan kau usap kakinya
Lead her up the stairwell
Menuntunnya naiki tangga
This ain't hollywood, this is a small town
Ini bukanlah hollywood, ini adalah kota kecil
I was a dreamer before you went and let me down
Dulu aku seorang pemimpi sebelum kau datang dan kecewakanku
Now it's too late for you and your white horse
Kini terlambat sudah bagimu dan kuda putihmu
To come around
Untuk datang

Baby I was naïve, got lost in your eyes

Kasih, aku memang naif, terpesona oleh tatapanmu
And never really had a chance
Dan tak punya kesempatan
My mistake, I didn't know to be in love
Salahku, aku dulu tak tahu rasanya jatuh cinta
You had to fight to have the upper hand
Kau harus berjuang tuk dapatkanku
I had so many dreams about you and me
Mimpiku tentang dirimu dan diriku sangat banyak
Happy endings, well now I know
Akhir bahagia, kini aku tahu

CHORUS


And there you are on your knees

Dan kini kau berlutut
Begging for forgiveness, begging for me
Memohon ampunan, memohon padaku
Just like I always wanted, but I'm so sorry. . .
Seperti yang dulu kuinginkan, tapi maafkan aku

Cause I'm not your princess, this ain't a fairytale

Karena aku bukan seorang putri, ini bukanlah dongeng
I'm gonna find someone someday
Kan kutemukan pria lain
Who might actually treat me well
Yang kan perlakukanku dengan baik
This is a big world, that was a small town
Ini adalah dunia yang luas, itu hanyalah kota kecil
There in my rearview mirror disappearing now
Semuanya menghilang di kaca spionku
And it's too late for you and your white horse
Dan terlambat sudah bagimu dan kuda putihmu
Now it's too late for you and your white horse
Kini terlambat sudah bagimu dan kuda putihmu
To catch me now
Untuk mengejarku

Oh try and catch me now

Oh cobalah mengejarku
It's too late to catch me now
Kini terlambat sudah tuk mengejarku

CUPLIKAN-CUPLIKAN KECIL (from my favourite scenes of MASK[s]!)

“Kau tidak benar-benar menyangka kau ini korban kejahatan atau apa bukan? Mengapa wajahmu tegang begitu?” Stefhan meringis.
“Hanya.. terlalu banyak asumsi dalam otakku.” dalihku singkat.
Stefhan meraih tanganku, menggenggamnya lembut lalu menariknya ke bibir. Ia mengecup punggung tanganku. “Simpan dulu asumsi-asumsimu itu, nanti akan kutanyakan lagi satu persatu.”
“Hmmm.” aku tak sanggup berkata-kata. Tak lama, kami sampai di sebuah pintu yang tingginya dua setengah kaki. Pintu itu berwarna coklat polos dengan kenop berwarna emas yang elegan. Stefhan membukanya pelan-pelan dan pintu itu sama sekali tak mengeluarkan suara.
“Ini.. kamarku.” Stefhan memberitahuku.
Kamar itu begitu luas, dua kali lipat lebih besar dari kamar di apartemenku. Dindingnya berwarna abu-abu  pucat, berbeda dengan warna dinding disepanjang sudut dalam rumah yang barusan kami lewati. Diseberang sana, sejajar dengan pintu, terdapat jendela dengan tirai putih yang menjorok keluar. Atap kamar Stefhan miring kearah jendelanya. Disisi kanan-kirinya terdapat masing-masing satu rak buku raksasa seperti yang pernah kulihat sebelumnya. Rak-rak tersebut penuh dengan buku yang tersusun dengan rapi, terlihat sangat baru. Disampingnya terdapat sebuah ranjang serba putih berukuran besar, kerangkanya terbuat dari kayu yang warnanya serupa dengan semua bahan kayu yang terdapat di seluruh interior rumah.
Namun bukan itu yang menarik perhatianku.
Hal yang tak bisa mengalihkan pandanganku adalah topeng-topeng itu. Ada lebih dari 10 lusin topeng menggantung disetiap sudut dinding. Puluhan berkelompok disamping rak buku, puluhan lagi diatas tempat tidur, lalu disebelah lemari dan didekat kamar mandi. Topeng-topeng itu bukan topeng bahan kayu atau plastik yang biasa kau jumpai di pesta-pesta kostum, namun lebih mirip seperti topeng berbahan karet yang biasa dilihat di berita kriminal; yang biasa dipakai seseorang untuk merampok atau semacamnya. Warnanya berbeda-beda, semua jenis warna kulit manusia dari berbagai macam ras. Topeng-topeng ini mempunyai satu macam ekspresi.
“Apa itu?” tanyaku spontan, tak berhasil menyembunyikan nada terkejutku.
“Topeng?” Stefhan menjawab dengan nada bertanya. Aku melihat kearahnya, melihat alisnya mengkerut. Ketara sekali ia khawatir dengan reaksiku.
“Kau mengoleksi topeng? Untuk apa?”
“Hanya.. hobi.” Ia ragu-ragu.
Aku menghampiri sekelompok topeng yang paling dekat dari posisiku berdiri, disamping lemari pakaian—lalu memicingkan mata, memperhatikan. Topeng-topeng itu memiliki bentuk wajah yang berbeda-beda dan hanya memiliki lubang di bagian mata dan lubang hidung. “Bolehkah?” tanyaku. Stefhan mengangguk, mengijinkanku menyentuh salah satu koleksinya. Permukaannya begitu lembut dan dingin.. kenyal seperti agar-agar. Topeng yang kusentuh memiliki janggut di dagunya. Seketika kusentuh bulu-bulu itu, lalu terkesiap.
Topeng ini asli dan sangat mungkin digunakan untuk penyamaran.

Stefhan menghampiriku dengan langkah terseret-seret. “Aku belum bisa menjawab pertanyaan apapun yang kau ajukan untuk mengetahui ada apa dibalik topeng-topeng ini, Shenia.” Dahinya mengkerut, seakan cemas kalau-kalau aku akan memaksa. “Kau mungkin akan mengetahuinya sendiri suatu saat nanti.”


***


Lalu apa yang harus aku lakukan? Bukankah tadi aku berjanji bahwa aku tak peduli siapa, bahkan apa Stefhan itu sebenarnya? Bukankah aku ingin tetap mengikutinya, berkecimpung dalam cerita hidupnya?
Terlalu berbahayakah pilihan itu?
Aku tak bisa memungkiri bahwa pikiran dan firasat-firasat buruk sedang menyerangku saat ini. Akan lebih baik sebenarnya bila aku tak pernah bertemu dan mencintai Stefhan, akan lebih baik sebenarnya bila aku hidup di dunia yang sudah kutinggali selama 17 tahun. Akan lebih baik bila aku tak pernah terjebak dalam situasi berbahaya macam apapun yang dapat mengancam nyawaku.
Tapi aku tahu aku tak akan bisa seperti itu. Mencintai Stefhan adalah pilihan. Setakut apapun, seberbahaya apapun keputusanku, itu adalah satu-satunya pilihan. Bersama-sama Stefhan entah sejak kapan menjadi harga mati bagiku. Aku bahkan tak mungkin mengurangi intensitasku untuk bersamanya, untuk memikirkannya. Sudah pernah kucoba beberapa kali—tak pernah ada yang berhasil.
Stefhan terlalu banyak mengambil bagian dalam kehidupanku. Ia terlalu serakah mengambil porsi dan aku tak bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Aku akan tetap bersamanya, mencintainya, apapun kenyataan-kenyataan baru yang mungkin akan kuhadapi nantinya.
Aku menarik nafas dalam-dalam, dari hitungan 1 sampai 8, sebanyak 5 kali berturut-turut. Pelan-pelan kumatikan keran airnya, menatap kaca dan melatih wajahku sebiasa mungkin, sewajar yang kubisa. Lalu aku membuka pintu, mencari-carinya, kemudian melihatnya terduduk di ujung ranjang, menelungkupkan kedua tangannya yang berpangku pada paha, membungkuk menutupi wajahnya.
Aku menghampirinya pelan-pelan, duduk disampingnya dan membelai pipinya saat ia memalingkan wajah untuk menatapku.
“Aku tak peduli siapa kau ini.” ulangku tegas, kali ini tak ada keraguan sedikitpun didalamnya.
Stefhan memelukku, seerat yang ia bisa namun tetap menjaga agar tak sampai menyakitiku. Ingin sekali aku mengusap-usap punggungnya, mengatakan bahwa tak ada yang harus dicemaskan, semuanya akan baik-baik saja. Namun aku tak punya cukup kekuatan seperti itu. Sebenarnya aku tak pernah punya kekuatan untuk membuat kesan bahwa aku lebih tegar dan kuat dari siapapun.
“Terimakasih telah mendukung keegoisanku.” Suara Stefhan melemah. “Kau terlalu berharga bagiku sekarang ini, Shenia, aku tak sanggup membuang jauh-jauh egoku.”
“Kau tak perlu melakukannya. Karena aku juga sangat ingin bersamamu. Anggap saja itu pilihanku sendiri dan aku sangat memaksamu.”
Stefhan tersenyum dan membelai pipiku. Punggung tangannya begitu halus, begitu membuatku terbuai.
“Boleh aku meminta satu hal saja?”
“Apapun.”
“Jangan pernah berpikir bahwa kau punya cukup alasan untuk meninggalkanku. Aku tak pernah keberatan mengalami sendiri adegan-adegan di film action itu, kau tahu.”
Stefhan tertawa lagi, kali ini tertawa lega. “Sebisa mungkin aku akan selalu menjagamu tetap selamat.” Ia mengedipkan sebelah matanya.